Jumat, 27 Januari 2012

pembangunan dalam refleksi budaya


1.1    Bruner dan Teorinya

      Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psokologi belajar kognitif . Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses,pemikir dan pencipta informasi.
     Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, melainkan ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar.

Ciri khas teori belajar menurut Bruner:
¨    Empat tema tentang pendidikan
Dalam bukunya The Process of Education (Bruner,1960), Bruner mengemukakan empat (4) tema pendidikan yaitu:
Tema pertama, mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan dapat menolong para siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain pada informasi yang telah mereka miliki.
Tema kedua, tentang kesiapan (readiness) untuk belajar. Kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat membantu seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga, menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Intuisi dimaksudkan bahwa teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi- formulasi tentative tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat, tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang  motivasi itu.

¨    Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi (Rosser,1984). Asumsi pertama, bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif akan menyebabkan perubahan yang tidak hanya terjadi dilingkungan, tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua, bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world).
Menurut Bruner, dalam belajar, hal-hal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang memberikan arti pada hal-hal itu. Dalam proses hidup dan berinteraksi dengan lingkungan, orang mengembangkan model dalam (inner mode) atau sistem koding untuk menyajikan alam sebagaimana yang diketahuinya. Menurut Bruner, dalam sistem ini terdapat banyak referensi silang  yang saling menghubungkan hal-hal itu untuk membentuk satu seri hubungan-hubungan yang sangat kompleks.
Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan kategorisasi. Bruner beranggapan bahwa semua interaksi-interaksi kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pemfungsian manusia. Karena kategorisasi menyederhanakan kekompleksan dalam lingkungan kita. Menurut Bruner, kategorisasi dapat membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi  dari pada informasi yang diberikan. Kesimpulannya, Bruner beranggapan bahwa  belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean.

¨    Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga (3) proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses ialah memperoleh informasi baru, transformasi informasi, serta menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang, atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki oleh seseorang. Dalam transformasi pengetahuan, seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi, atau dengan mengubah menjadi bentuk lain. Selanjutnya kita menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang ada.
Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua (2) prinsip yaitu pertama, pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya, kedua, model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
Persepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses konstruktif. Dalam proses ini orang itu menyusun suatu hipotesis dengan menghubungkan data inderanya pada model yang telah disusunnya tentang alam, lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat tambahan dari peristiwa itu. Jadi, seorang pengamat itu tidak dipandang sebagai organisme reaktif yang pasif, tetapi sebagai seseorang yang memilih informasi secara aktif, dan membentuk hipotesis perseptual.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif yaitu bahwa pembelajaran baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya, belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning), pemaknaan berdasarkan hubungan, dan proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut bruner adalah sebagai berikut :
·      Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus.
·      Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.
·      Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga (3) sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu disebut tiga cara penyajian diantaranya ialah cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik. Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulative. Pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
 Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Penyajian ini  dikendalikan oleh prinsip-prinsip dan transformasi-transformasi secara ekonomis dalam konsep perseptual.
Cara penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan  oleh kemampuan seseorang yang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-objek, memberikan struktur hierarkis pada konsep-konsep, dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternative dalam suatu cara kombinatorial. Pada tahap ini peserta didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika. Peserta didik membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.

¨    Belajar penemuan
Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran/belajar kognitif yang dikembangkan oleh Jerome Brunner (1996). Menurut Bruner, belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar benar bermakna.
Menurut Brunner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.  Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukan sendiri, bukan hanya menerima penjelasan dari guru saja.
Brunner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar kosep. Menurut Brunner,  belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip, serta dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen yang membuat mereka dapat menemukan prinsip itu sendiri.

Penggunaan konsep discovery learning (belajar penemuan) ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
·         Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna atau belum.
·         Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tersimpan lama dan mudah diingat.
·         Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan adalah agar siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterimanya.
·         Transfer dapat ditingkatkan setelah generalisasi ditemukan sendiri oleh siswa.
·         Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
·         Belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
·         Belajar penemuan dapat mendorong keterlibatan aktif, meningkatkan  tanggung jawab, dan kemandirian, serta dapat meningkatkan pengembangan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah.
·         Penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
·         Belajar penemuan membangkitkan rasa keingintahuan  siswa.
·         Konsep ini membantu peserta didik mengembangkan bakatnya, membentuk sifat kesiapan serta kemampuan keterampilan dalam proses kognitif peserta didik.
·         Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik karena mampu menemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuan sendiri.

Adapun kelemahan konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner, yaitu:
   Konsep belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan mengetahui keadaan disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal.
   Konsep ini kurang berhasil apabila di laksanakan didalam kelas yang besar.
   Konsep ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi peserta didik.
   Konsep ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk bepikir secara kreatif.

      Dari beberapa penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut Jerome Bruner, tentu kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan keadaan dan tempatnya, sehingga dapat memaksimalkan penggunaaannya agar tidak terjadinya kegalalan pembelajaran karena salah dalam penggunaannya.

1.2    Teori Instruksi Bruner

Menurut bruner, suatu teori instruksi (Bruner,1966) hendaknya meliputi :
ø   Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar.
Menurut bruner, belajar dan pemecahan masalah tergantung pada penyelidikan alternative-alternative. Penyelidikan alternative-alternative membutuhkan aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.
ø   Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.
Struktur suatu domain pengetahuan menpunyai tiga cirri, yaitu cara penyajian, ekonomi dalam penyajian, dan kuasa dari penyajian. Setiap ciri itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya.
ø   Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal.
Dalam mengajar, siswa dibimbing melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima, mengubah, dan mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan materi pelajaran dalam suatu domain pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai penguasaan. 
ø   Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Bruner mengemukakan, bahwa bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberikan selama proses belajar mengajar. Umpan balik berupa perbaikan-perbaikan dibuat sedemikian rupa sehingga siswa menjadi tidak bergantung kepada guru atau tutor bahkan dimungkinkan siswa untuk menggantikan fungsi tutor tersebut.                                                                  
        Bruner percaya bahwa teori instruksi harus memiliki empat (4) keistimewaan yang menentukan proses instruksi alami, yaitu:
§  Secara khusus memberikan pengalaman yang mempengaruhi atau memotivasi berbagai tipe siswa untuk belajar, bahwa belajar terjadi dari subjek umum ke subjek yang lebih khusus.
§  Pengetahuan  umum dan disiplin tertentu harus disusun dan distruktur sehingga menjadi siap dipelajari siswa.
§  Menentukan cara yang paling efektif dan efisien dalam menyajikan materi kepada siswa untuk memfasilitasi belajar.
§  Harus menyeleksi peruntunan yang tepat dari penghargaan dan hukuman dalam mengajar dan belajar.

1.3    Menerapkan Mengajar Penemuan

a)      Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa, dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan. Dalam belajar penemuan siswa mendapat kebebasan sampai batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau berkelompok. Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan proses belajar mengajar.

b)      Peranan Guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru dapat dirangkum sebagai berikut:
¨      merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
¨      menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.
¨      guru juga harus memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas terdahulu yang sesuai dengan tingkat kognitif siswa.
¨      bila siswa memecahkan masalah dilaboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
¨      menilai hasil belajar melalui bentuk tes yang dapat berupa tes objektif atau tes esai.

Tahapan-tahapan penerapan belajar penemuan, antara lain:
·         Stimulus (pemberian perangsang), kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk  membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
·         Problem statement (mengidentifikasi masalah), memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis tersebut.
·         Data collection (pengumpulan data), memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut.
·         Data processing (pengolahan data), memberikan bimbingan terhadap data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi atau lain-lain.
·         Verifikasi, mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan pengolahan data.
·         Generalisasi, mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.






DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar