BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEMISKINAN
2.1.1
Definisi Kemiskinan
Kemiskinan
adalah suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kemiskinan disini dapat dilihat dari berbagai kondisi seperti kondisi
ekonomi yang lemah. Ketika kondisi ekonomi lemah maka seseorang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti : pendidikan, kesehatan, makan dan
rekreasi.
Jika dikaitkan dengan sumber
daya alam , dimana seseorang yang dikatakan tergolong miskin akan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja . Pekerjaan ini bersumber dari
pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam . Oleh dikarenakan dimasa sekarang
Indonesia sedang dalam perngembangan sektor industri , hal ini akan berkaitan
dengan usaha pemenuhan bahan industri yang akan di peroleh dari sumber daya
alam.Kemudian sumber daya alam yang di ambil secara terus menerus dengan upaya
pemenuhan bahan produksi industri , lama – lama akan habis pula.Walaupun hal i
ni terjadi karena rasa ketidakpuasan dan tidak terpenuhinya kebutuhan
masyarakat maka dari itu mereka tidak punya pilihan untuk mengerjakan hal itu.
2.1.2 Gejala Kemiskinan dan Perspektif
Sejarah
Kemiskinan sebagai gejala
dalam masyarakat sudah dikenal sejak makhluk manusia menghuni bumi, tetapi
kesadaran untuk memeranginya guna mewujudkan pemerataan baru mulai berkembang
setelah timbul hubungan antar-bangsa dan negara yang sekarang bertambah erat,
sehingga juga kita dapat membandingkan mana yang kaya dan mana yang miskin. Sepanjang
dapat kita telusuri kembali sejak manusia beragama, kemiskinan sudah diakui
ada, dan semua agama juga mengandung perintah agar nasib kaum papa diperbaiki. Si kaya harus membagikan sebagian
kekayaannya kepada si miskin karena Allah Sang Pencipta memberikan segala
sumberdaya alam di bumi untuk dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh mahluk
manusia secara merata. Tetapi kemudian manusia menggagas dan merekayasa tatanan
masyarakat dan ekonomi yang membeda-bedakan penguasaan dan pemanfaatan atas
sumberdaya alam yang kaya. Demikianlah timbul pelapisan dalam kehidupan
bermasyarakat manusia, sehingga yang kaya menguasai yang miskin.
Salah satu kupasan menarik tentang hubungan antara agama Kristiani dan
tumbuhnya Kapitalisme pernah ditulis oleh R.H. Tawney (1938) yang dalam
kesimpulan beliau mengutip ahli ekonomi J. M. Keynes yang berpendapat : “Modern
Capitalism is absolutely irreligious…” sehingga akibatnya keadilan, kemiskinan
dan pemerataan tidak terlalu diperhatikan. Ratusan tahun sebelum Masehi, Farao
di Mesir sudah mengenal dan memelihara perbudakan. Di semua benua yang kita
kenalpun ada Raja-raja yang membeda-bedakan lapisan masyarakat menurut
keturunan, sehingga siapapun yang tidak tergolong “darah biru” hanya bernasib
mengabdi kepada Raja dan “kaum ningrat”. Ada kemajuan sosial berarti setelah
sistim perbudakan menjelang akhir abad ke-19 di beberapa negara dilarang dan
selangkah lebih maju lagi waktu Serikat Bangsa-bangsa (United Nations) melarang
segala bentuk perbudakan, yaitu dalam bentuk 33 negara anggota yang
menandatangani UN Convention 1956. Namun demikian berbagai bentuk eksploitasi
kaum papa oleh mereka yang berkuasa dan kaya masih berlangsung di banyak
negara.
Perlakuan pekerja dan buruh
sebagai budak dalam sistim ekonomi mutakhir pun masih terjadi dewasa ini dan
mungkin berbenih dalam pemikiran ahli ekonomi klasik Adam Smith (1776) yang
mengemukakan prinsip “Survival of the Fittest”, mirip dengan kehidupan di hutan
rimba. Dalam kancah persaingan yang kuat akan menang dan yang lemah akan
musnah. Prinsip demikian sebenarnya dalam ekonomi liberal masih berlaku juga
antara perusahaan besar dan kecil, walaupun cara bersaing semakin ditertibkan
melalui undang-undang, peraturan dan hak azasi manusia di ranah hukum.
Bahkan menurut Susan George (1976) kecuali perusahaan swasta juga ada
lembaga-lembaga internasional seperti misalnya Bank Dunia (IBRD dan IDA) yang
melalui Food Aid menyatakan membantu memerangi kemiskinan, namun dalam
kenyataan membuat negara-negara berkembang semakin tergantung pada negara
industrial yang maju. Karena itu S. George menyarankan agar negara-negara
berkembang berusaha keras melakukan pembangunan nasional secara lebih mandiri.
Tentu - menurut kesimpulan penulis – usaha itu harus dimulai dengan membenahi
struktur agraria agar sektor pertanian yang produktif menyumbang kearah
industrialisasi.
2.1.3
Kemiskinan dan Pembangunan
Periode setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia untuk dua dasawarsa
penuh dengan kegoncangan politik, dari gerakan DII/TII, APRA, PRRI dan
PERMESTA, konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura dan akhirnya dengan Belanda
tentang Irian Barat. Ketenangan politik nyatanya baru tercapai setelah
peristiwa G-30-S di tahun 1965 dan lahirnya Orde Baru (1966). Memang dibawah
pemerintah Bung Karno dan Bung Hatta pernah ada perumusan tentang Pembangunan
Nasional 1956-1961, dan kemudian Pembangunan Semesta (1961-1969), tetapi akibat
banyak kegoncangan politik praktis tidak ada hasil yang nyata dalam hal
menurunkan kemiskinan.
Selama pemerintahan dibawah
Jenderal Soeharto ynag lebih sentralistik ada beberapa usaha yang lebih nyata:
pertama pelaksanaan Revolusi Hijau untuk meningkatkan produksi padi dengan
mengimpor teknologi baru seperti pupuk kimia, obat-obatan melawan serangga,
perbaikan dan perluasan jaringan pengairan dan mekanisasi pertanian. Akibatnya
kegiatan di daerah pedesaan meningkat, tetapi sekaligus juga timbul
rasionalisasi dalam masyarakat tani. Penanaman padi semakin membutuhkan luas
areal sawah, sehingga petani gurem (<0,5 Ha) tersisihkan. Bila tidak menjadi
buruh tani diatas tanah sendiri dan bekerja untuk tuan tanah besar, mereka
menawarkan tenaganya di sektor informal perkotaan. Sistim panen bersama oleh kaum
perempuan (derep) dan memperoleh bagian tertentu dari hasil (bawon) hilang,
diganti dengan pemanen bayaran (tebasan).
Jadi revolusi hijau
meningkatkan kegiatan di pedesaan serta hasil panen padi sehingga mencpai swa
sembada beras (1985), tetapi dipihak lain juga mengurangi pekerjaan bagi buruh
tani (tunakisma) dan petani gurem yang terpaksa “mengelaju” ke kota. Gejala
Preman, Mang Ogah, Pengemis, Pengamen, Pencopet, Buruh lepas dan sebagainya
makin tampak di daerah perkotaan. Perkembangan yang kurang menggembirakan itu
menarik perhatian UNICEF juga dan dengan biaya lembaga PBB tersebut Prof.
Sajogyo diminta melakukan evaluasi tentang Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di
tahun 1973/1974. Hasil studi berdasarkan survey luas di 15 Kabupaten seluruh
Indonesia yang penting itu melahirkan suatu suatu Garis Kemiskinan untuk
penduduk Indonesia. Setelah itu Biro Pusat Statistik dan juga Bank Dunia
menyambung dengan survey yang menambah kriteria garis kemiskinan tersebut.
Sekarang beberapa kriteria dapat dimanfaatkan untuk menilai kemiskinan
karena Bank Dunia menambah dengan kriteria dibawah USD $ 1,00 / 2,00 sehari per
kapita. Biro Pusat Statistik, Departemen dan Bank Dunia mulai mengadakan survey
untuk memantau perkembangan tersebut dan dalam rangka inilah juga dimulai studi
oleh beberapa Universitas. Kerjasama antara Institut Pertanian Bogor – Institut
Teknologi Bandung – dan institute of Social Studies dari Negeri Belanda
melakukan studi tentang keadaan dan perkembangan di daerah pedesaan
(1987-1991). Peneliti-peneliti ada yang senior seperti Dr. B. White, Dr. Joan
Hardjono, Dr. Ines Smith, tetapi juga ada peneliti Indonesia yang muda.
Pimpinan ada di tangan tiga ahli: Prof. Sajogyo (IPB-Sosiologi Pedesaan) –
Prof. Hasan Poerbo alm. (ITB Lingkungan) dan Prof. B. White (I.S.S.
Anthropology) yang sekaligus menjabat Acting Director di kantor Pusat (Jl.
Raden Patah 28 Bandung).
Tanpa mengulas semua hasil
penelitian selama 1987-1991, tetapi hasil umumnya jelas menunjukkan bahwa
daerah pedesaan menghadapi permasalahan seperti Agraria, kemiskinan,
pengangguran, usaha kecil dan peranan perempuan yang segera perlu ditangani
karena mengurangi penderitaan juga memerlukan waktu yang cukup lama. Ukuran
dan definisi kemiskinan memang masih berbeda-beda. Prof. Sajogyo di tahun
1974sudah berhasil merumuskan “garis kemiskinan” berdasarkan nutrisi (pangan
per kapita) - ada statistik BPS yang menggunakan “pengeluaran per kapita “ per
hari/bulan, sedangkan Bank Dunia berpatokan pada “penghasilan per kapita
sehari” (dibawah USD $ 1,00 atau USD $ 2,00). Departemen Pertanian sering
menggunakan kriterium “luas tanah garapan” atau “hasil produksi” dan BKKBN
pernah menerapkan kriterium “kualitas tempat tinggal”.
Sebenarnya menarik untuk mengkombinasikan beberapa kriteria tersebut.
Menurut Prof. R. Lawang (2002) yang mengutip BPS penduduk Indonesia tahun 2001
berjumlah 201.703.537 jiwa (dugaan 2007 sudah melebihi 220 juta) atau 43,12%
dan tinggal di perkotaan, sedangkan 56,88% masih tinggal di daerah pedesaan.
Memang dari beberapa sumber statistik timbul gambaran bahwa kemiskinan antara
1970-1987 menurun. Misalnya BPS yang menggunakan kriterium “pengeluaran per
kapita” menghasilkan gambaran sebagai berikut :
contoh:
Yang miskin dari jumlah
penduduk
Pedesaan Perkotaan
Juta orang % Juta orang %
1976 44,2
40,37 10,0 38,79
1980 32,8
28,42 9,5 29,04
1987 20,3
16,14 8,9 20,14
Dari sample ini tampaknya menurunnya % kemiskinan di perkotaan relatif
kurang cepat dibandingkan dengan di pedesaan. Mungkin ini hasil produksi yang
meningkat selama Revolusi Hijau. Menurut alm. Dr. Hendra Esmara, kemiskinan
antara 1970 dan 1987 memang menurun untuk Pedesaan dari 48,5% sampai 44,8%,
tetapi di perkotaan justru meningkat dari 7,1 % menjadi 14,6% atau naik lebih
dari 100%, dan ini suatu gejala bahwa urbanisasi memang meningkat cepat. Bila
kita kutip Laporan Bank Dunia (1990) dapat dibaca bahwa walaupun penduduk
miskin (nasional) antara 1980-1987 turun dari 42,3 juta (28,6%) sampai 30,0
juta (17,4%), namun sebagai diumumkan pemerintah masih ada sekitar 39 juta
(17%) yang miskin dewasa ini (2007).
Urbanisasi merupakan jalur pelarian bagi buruh tani dan petani gurem
yang dapat menetap di kota atau menjadi pengelaju. Satu contoh adalah hasil
studi J. Breman dan G. Wiradi (2005) setelah krisis ekonomi Agustus 1997 juga
melanda negeri kita. Ternyata pasang surut kemiskinan masih akan menggejala
sehingga memerlukan perhatian lembaga pemerintahan baik pusat maupun daerah,
peneliti akademik maupun LSM yang menunjang dan mendorong proses demokratisasi.
Kalangan pemerintah maupun media masa tidak jarang memberitakan bahwa keadaan
sudah membaik dibandingkan 1998, karena pertumbuhan ekonomi sudah melampaui
sasaran, tetapi ternyata dari berita-berita internasional bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak berdampak langsung pada penurunan kemiskinan. Bukan saja hal ini
kita alami di negeri kita tetapi juga diberitakan antara lain di terbitan
mingguan Newsweek (2007).
Baik di India yang
pertumbuhan ekonominya mencapai 8% setahun dan di RRC yang selama satu
dasawarsa mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi 10% setahun kemiskinan di
daerah pedesaan masih menggejala. Untuk para pembaca yang tertarik dan
masih memperihatinkan kemiskinan dalam proses Reformasi negara kita dilampirkan
daftar sejumlah terbitan mengenai kemiskinan dan usaha memeranginya. Kebijakan
pembangunan Indonesia sebagai negara agraris memang kurang membenahi struktur
agraria dalam arti luas, dan lebih cenderung menjual kekayaan sumberdaya alam
(M. Humpreys dkk, 2007), yang berakibat pertanian mengurangi kedaulatan pangan,
timbulnya kemiskinan dan pengangguran serta penjualan tenaga kerja murah
meningkat. Pada umumnya modal asing yang ditanam atau dipinjam lebih bersifat
“padat modal” sehingga kesempatan kerja pun terbatas.
2.2 INDUSTRIALISASI
2.2.1
Definisi Industrialisasi
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari
proses revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris dengan
penemuan metode baru untuk pemintalan dan penemuan kapas yang menciptakan
spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktifitas dari faktor produksi
yang digunakan.
Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan
teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan antar negara yang pada
akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan mendorong
perubahan struktur ekonomi. Dapat dikatakan bahwa progres teknologi dan inovasi
adalah dua faktor penting yang merubah struktur ekonomi suatu negara dari sisi
penawaran agregat (produksi), sedangkan peningkatan pendapatan masyarakat yang
mengubah volume dan komposisi mempengaruhi struktur ekonomi dari sisi
permintaan agregat.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk
menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit
& kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Ada sejumlah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
industrialisasi, diantaranya adalah sumbangan nilai tambah sektor industri
manufaktur terhadap pembentukan PDB, nilai tambah sektor industri manufaktur
(NTSIN) perkapita, dan adalah rasio nilai output atau nilai tambah sektor
industri terhadap sektor pertanian.
Pengertian Industri secara
umum industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah,
bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang
lebih tinggi kegunaannya. Sedangkan pengertian dari Industrialisasi
suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan
perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong
perubahan struktur ekonomi.
Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang
memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output
produksi berupa barang atau jasa. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
2.2.2
Jenis-Jenis Industri
a. Usaha
dan Jenis / Macam-macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku:
1.
Industri
ekstraktifadalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan,
perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan dan lain-lain.
2.
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku
didapat dari tempat lain selain alam sekitar
3.
Industri
fasilitatif adalah industri yang
produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi, perbankan,
transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
b.
Golongan / macam Industri Berdasarkan Besar Kecil
Modal:
1.
Industri padat
modal adalah industri yang dibangun
dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun
pembangunannya.
2.
Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar
tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
c. Jenis-jenis
/ Macam Industri Berdasarkan Klasifikasi atau Penjenisannya
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
1.
Industri kimia dasar,contohnya: seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk.
2.
Industri mesin dan logam dasar, misalnya: seperti industri pesawat
terbang, kendaraan bermotor, tekstil.
3.
Industri kecil. Contoh: seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es,
minyak goreng curah
4.
Aneka industry misalnya: seperti industri pakaian,
industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
d. Jenis-jenis
/ Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
1.
Industri rumah
tangga adalah industri yang
jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2.
Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara
5-19 orang.
3.
Industri sedang atau industri menengah
adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4.
Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara
100 orang atau lebih.
e. Pembagian/Penggolongan
Industri Berdasakan Pemilihan Lokasi:
1.
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada
pasar adalah industri yang
didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan
mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke
pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2.
Industri
yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/labor:
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3.
Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada
bahan baku:
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar
f. Macam-macam/Jenis
Industri Berdasarkan Produktifitas Perorangan
1. Industri primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri
sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri
tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
2.2.3 Faktor
– Faktor Pendorong Industrialisasi
Faktor Pendorong Industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses
industrialisasi antar negara) :
a)
Kemampuan teknologi dan inovasi.
b)
Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
c)
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara
yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
d) Besar
pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e)
Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan
industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan
insentif yang diberikan.
f)
Keberadaan SDA: Negara dengan SDA yang besar cenderung
lebih lambat dalam industrialisasi.
g)
Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan
bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
Pada
tingkat meso, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat dari 3 aspek:
1.
Tingkat diversivikasi output baik didalam satu kelompok
barang (misalnya barang konsumsi) atau untuk semua kategori, termasuk
barang-barang modal dan input perantara.
2.
Adanya pergeseran dari barang-barang berbobot
tekhnologi rendah ke barang-barang dengan kandungan tekhnologi tinggi.
3.
Adanya keterkaitan produksi yang kuat antara industri,
yang mencermikan ketergantungan sektor tersebut terhadap impor.
Pada tingkat mikro, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat pada
kinerja perusahaan secara individu atau kelompok, mulai dari pertumbuhan volume
output rata-rata pertahun, skala usaha, hingga keuntungan bersih per satu
unit output yang dihasilkan.
2.2.4 Permasalahan Tantangan
Perkembangan Sektor Industri
Beberapa permasalahan antangan
perkembangan sektorindustri diantranya ialah sebagai berikut:
1. Meningkatnya
daya saing dan keunggulan kompetitif industri nasional yang mengandalkan pada
keterampilan dan kreativitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan
kemampuan manajemen dengan tetap memanfaatkan keungulan komparatif yang
dimiliki.
2. Peningkatan
kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli dan trampil dalam jumlah dan mutu
yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis industri termasuk mendorong untuk
menguasai dan melaksanakan pengalihan berbagai jenis teknologi guna mendukung
proses industrialisasi
3. Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi
inovatif yang luas serta menciptakan iklim usaha dan persaingan yang sehat
termasuk perlindungan hasil inovasi.
4. Menggerakkan tabungan masyarakat dan
menyalurkannya ke arah investasi yang produktif di sektor industri, dan secara
efektif mampu memberikan dampak ganda terhadap proses akumulasi modal.
5. Mengembangkan
iklim investasi dan berbagai sistem insentif yang dapat lebih meningkatkan daya
tarik investasi di sektor indsutri
6. Perluasan
basis pendukung industri dengan mengembangkan keterkaitan, persebaran, struktur
produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat terciptanya struktur industri yang
kukuh.
7. Membangun
perangkat kelembagaan yang mantap sehingga sector industri senantiasa mampu
tanggap dan terandalkan dalam menghadapi berbagai perkembangan ataupun
perubahan yang timbul.
8. Mengembangkan
dan mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah secara lebih terarah,
terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang punggung struktur industri nasional.
9. Meningkatkan
kemampuan industri kecil dan menengah yang telah mulai berkembang untuk
memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari negara maju ke Indonesia,
khususnya industri skala menengah.
10. Menentukan
pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang
tepat.
2.2.5
Strategi Industrialisasi
Dalam
melaksanakan industrialisasi, ada dua pilihan strategi yaitu strategi
substitusi impor dan strategi promosi ekspor. Strategi pertama sering juga
disebut dengan inward-looking, sedangkan strategi kedua outward-looking.
Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi
kepada pasar domestik. SI adalah industri domestik yang membuat barang-barang
menggantikan impor, sedangkan strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional
dalam usaha pengembangan industri di dalam negeri.
Pada
tingkat meso, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat dari 3 aspek:
1.
Tingkat diversivikasi output baik didalam satu kelompok
barang (misalnya barang konsumsi) atau untuk semua kategori, termasuk
barang-barang modal dan input perantara.
2.
Adanya pergeseran dari barang-barang berbobot
tekhnologi rendah ke barang-barang dengan kandungan tekhnologi tinggi.
3.
Adanya keterkaitan produksi yang kuat antara industri,
yang mencermikan ketergantungan sektor tersebut terhadap impor.
4.
Pada tingkat
mikro, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat pada kinerja perusahaan
secara individu atau kelompok, mulai dari pertumbuhan volume output rata-rata
pertahun, skala usaha, hingga keuntungan bersih per satu unit output yang
dihasilkan.
2.2.5.1
Strategi Substitusi Impor
Strategi
substitusi impor (Inward Looking). Bertujuan mengembangkan industri
berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara
yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan..
Pertimbangan
menggunakan strategi ini:
o Sumber
daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
o Potensi
permintaan dalam negeri memadai
o Sebagai
pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
o Kesempatan
kerja menjadi luas
o Pengurangan
ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang.
Strategi
substitusi impor merupakan strategi yang menekankan pada pengembanagan industri
yang berorientasi pada pengembangan industri yang berorientasi kepada
pasar domestik. stategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan indusri di dalam negeri yang
memproduksi barang_barang penggati impor.
Strategi SI juga lebih mendepankan pengembangan industri-industri
skala besar yang padat modal kebanyakan dalam bentuk joint venture dengan
perusahaan-perusahaan besar asing. Pola industrialisasi seperti ini menimbulkan
atau memperbesar ketimpangan dalam distribusi pendapatan dsan ketidak
seimbangan pembangunan ekonomi antar daerah perkotaan dan daerah perdesaan
dalam proses pembangunan. Pengalaman-pengalaman di banyak negara berkembang
menunjukkan bahwa strategi SI sangat berdampak negativ terhadap neraca
pembayaran karena industri-industri subtitusi impor didalam negeri sangat
tergantung pada impor bahan baku, barang modal, input perantara, dan material
lainnya.
2.2.5.2 Strategi SI Berhasil di Indonesia
Krisis ekonomi yang melanda indonesia menunjukkan bahwa ternyata sektor
industri manufaktur nasional tidak berkembang baik. Memang, laju pertumbuhan
output-nya rata-rata pertahun cukup tinggi, namun sektor tersebut sangat
tergantung pada impor, khususnya untuk barang modal, input perantara, dan bahan
baku.
Banyak studi yang berpendapat
bahwa strategi SI memberi lebih banyak efek negativ daripada efek positif
terhadap negara yang menerapakannya, walaupun diakui bahwa strategi tersebut
berhasil dalam mengakselerasi proses industrialisasi. Pokok utama dari kritik
mengenai strategi SI adalah bahwa proteksi yang diberikan terlalu berlebihan.
Proteksi, di suatu pihak, memang diperlukan pada tahap awal proses pengembangan
industru dalam negeri. Argumen yang sering ditonjolkan untuk memperkenalkan proteksi
adalah infant industri argument: perlindungan terhadap industri dalam negerti
yang baru tumbuh. Akan tetapi proteksi yang tinggi tidak hanya mengakibatkan
alokasi dari sumber daya-sumber daya produksi tidak efisien distorsi yang
ditimbulkan dipasar output dan dipasar input, tetapi juga dapat membuat
industri yang dilindungi menjadi tidak efisien dan pada akhirnya tingkat daya
saing globalnya, baik dipasar ekspor maupun pasar domestik, terhadap
produk-produk impor rendah. Maka dari itu peningkatan strategi ini sangat
dibutuhkan.
Kelemahan,
dan mungkin hasibuan (1993) jelaskan sebagai berikut :
§ Bahan
baku dan tenaga kerja yang tersedia bukan yang siap digunakan hal ini dapat
menimbulkan external diseconomies. sumber sumber ekonomi tersebut belum tentu memiliki
kualitas yang baik .
§ Pasar
yang dilayani oleh produsen dalm negeri adalah domestik tanpa ada persaingan
dari barang barang impor, maka setiap produk yang dihasilkan tidak dikaitkan
dengan kemampuan bersaing di pasar internasional.
§ Belum
tentu tingkat ketergantungan terhadap impor menjadi rendah dengan penerapan
strategi SI. Pengalaman di Indonesia menunjukkan bahwa untuk membuat barang
barang konsumsi memerlukan komponen, spare parts, bahan baku , mesin, dan alat
alat produksi yang semuanya masih harus diimpor, sementara kebutuhan untuk
mengimpor barang barang konsumsi tidak akan segera dihapuskan atau dihilangkan sama sekali
§ .
Diharapakan kesempatakerja akan berkembang dengan luas . akan tetapi, ini tentu
tergantung pada teknologi yang digunakan dalam proses produksi
§ Nilai
tambah pada umumnya dapat ditingkatkan , tetapi dipihak lain beberapa industri
dapat mempunyai nilai tambah yang negatif bila dibandingkan nilai tambah dari
industri yang sama dari industri internasional.
§ Tngkat
proteksi yang tinggi cenderung membentuk sikap keangkuhan produsen dalam negeri
.
§ Walaupun
potensi permintaan di pasar dalam negeri cukup besar, tetapi masih ada hal hal
lain yang lebih menentukan apakah potensi tersebutdapat terealisasi.
2.2.5.3 Strategi PE
Strategi
PE adalah strategi promosi eksport ,dimana strategi PE lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam
negeri. Strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha
pengembangan industri di dalam negeri.
Strategi promosi ekspor (outward Looking). Beorientasi ke pasar
internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki
keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil
:
·
Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar
yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output.
·
Tingkat
proteksi impor harus rendah.
·
Nilai tukar harus realistis.
·
Ada insentif untuk peningkatan ekspor
Orientasi keluar, yang merupakan dasar dari strategi PE , menghubungkan
ekonomi domestic dengan ekonomi dunia lewat promosi perdagangan . Oleh karena
itu , diskriminasi dalam penggunaan tarif, kuota , lisensi investasi, subsidi
pajak dan kredit, instrumen instrumen lainnya yang sering diterapkan dalam
strategi SI, tidak cocok digunakan dalam strategi PE . ini tidak mengatakan
bahwa strategi PE sama sekali tidak ada intervensi pemerintah . dalam pakteknya
, banyak negara menerapakkan strategi PE dengan menghilangtkan
beberaparintangan terhadap ekspor.
Keberhasilan strategi PE sering diilustraskan dengan pengalaman dari
negara negara asia timur dan tenggara . dari banyak studi mengenai keberhasilan
dari negara negara tersebut , beberapa syarat penting yang diberikan dari negara negara tersebut ,beberapa syarat
penting yang diberikan agar penerapan strategi tersebut membawa hasil baik
adalah sebagai berikut :
o Pasar
harus menciptakan signal harga yang benar , yang sepenuhnya merefleksikan
kelangkaan dari barang yang bersangkutan , baik pasar output maupun pasar
input.
o Tingkat
proteksi dari impor harus rendah .
o Nilai
tukar mata uang harus realisti, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan uang
asing yang bersangkutan .
Lebih penting lagi , harus ada insentif untuk meningkatkan
ekspor.Menurut strategi ini paling tidak kesempatan yang sama harus diberikan
kepada industri industri yang memproduksi untuk pasar dalam negeri dan industri
industri untuk pasar ekspor.PE beorientasi
ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang
memiliki keunggulan bersaing.Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan
barang ybs baik pasar input maupun output.
o Tingkat
proteksi impor harus rendah.
o Nilai
tukar harus realistis.
o Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
2.2.6 Alternatif Strategi
Industrialisasi
Adapun dalam mengatasi
perihal industrialisasi ada sejumlah alternatif
serta meningkatkan kesempatan kerja , ada tiga tujuan penting
lainnya ari industrialisasi yang harus dicapai , yaitu sebagai berikut :
o Menciptakan
atau meningkatkan nilai tambah ekonomi
yakni nilai tambah dari semua sektor ekonomi yang ada , termasuk
industri , pertanian ,
o Meningkatkan
efensiensi ekonomi .
o Mengurangi
ketergantungan pada impor.
Dalam memilih alternatif strategi industrialisasi yang tepat untuk
diterapkan diIndonesia untuk
menyampaikan tujuan tujuan tersebut , ada sejumlah aspek yang harus
diperhatikan , yaitu sebagai berikut melihat kenyataan bahwa ada dua sektor ekonomi yang besar dimana
Indonesia memiliki keunggulan kompratif atas sector sector tersebut , yaitu
pertanian dan pertambangan , maka dalam proses industrialisasi harus dibangun / dikembangkanterkaitkan
produksi kedepan dan kebelakang antara kedua sector primer tersebut dengan
sector industry manufaktur . industrialisasi atau pembangunan sector industri
manufaktur di Indonesia harus dilandaskan pada sector pertanian dan sector
pertambangan yang kuat, sesuai paradigma mengenai spesialisasi yang didasarkan
pada keunggulan komparatif yang ada keunggulan kompetitif yang dapat
dikembangkan.
Selain dengan sector primer , juga harus dibangun / dikembangkan
keterkaitan produksi antara sector industry manufaktur dengan sector sector
sekunder lainnya dan sector sector tersier . disamping itu , juga harus
dibangun / dikembangkan keterkaitan produksi didalam sector industry
manufaktur antara subsector / kelompok
industry dan antara unit produksi dari skala yang berbeda didalam setiap
kelompok industry .
Strategi industrialisasi yang tepat bagi Indonesia adalah yang
memfokuskan pada perkembangan kelompok kelompok industry. Perkembangan sector industry manufaktur
harus berdasarkan spesialisasi berdasarkan factor factor keunggulan komparatif
yang dimiliki Indonesia dan factor factor keunggulan kompetitif yang dapat
dikembangkan, tidak lagi industrialisasi berspektrum luas.
Industrialisasi harus member dampak positif terhadap saldo neraca
pembayaran, khususnya saldo neraca perdaganan, tidak hanya dengan cara
meningkatkan ekspor barang barang dengan nilai tambah tinggi , tetapi juga
dengan cara mengurangi impor. Industrialisasi harus mendukung potensi daerah ,
yang sekaligus mendukung pelaksanaan otonomi daerah
Strategi industrialisasi yang tepat adalah yang bias meningkatkan kemampuan perusahaan
perusahaan local / nasional dalam berproduksi , mengembangkan teknologi dan
produk dengan merek sendiri. Industrialisasi harus menciptakan
atau mempercepat proses pendalaman struktur industry .
Pola industrialisasi juga harus berorientasi pada peningkatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat , tentu tanpa mengurangi tingkat efesiensi dan
produktivitas.
Jenis jenis
insentif yang akan diberikan oleh pemerintah dengan maksud untuk mendukung
proses industrialisasi harus yang bias dibuktikan memiliki social cost
effectiveness-nya yang tinggi, artinya social benefit lebih besar daripada
social costnya .
2.3 PENGAMBILAN SDA
2.3.1
Strategi Pengambilan SDA
Dalam pengambilan SDA adapun strategi yang dapat dilakukan ialah harus
sesuai dengan cita cita rakyak
Indoinesia sebagai mana tercantum dalam UUD 1945, GBHN dan repelita IV.
Selain itu strategi yang dapat digunakan ialah dilakukannya pengambilan secara
optimal sumber sumber daya alam di Indonesia , menyesuaikan pengunaan SDA yang
sesuai dengan kebutuhan , kemudian diperlukannya cara cara intensifikasi dan
diversifikasi.
2.3.2
Kebijakan Dalam Pengambilan SDA
Penyusunan
kebijaksaan harus berlandaskan wawasan bahwa bumi,air, dan kekayaan alam harus dipergunakan untuk
kemakmuran bersama. Maka dari itu, kebijaksanaan yang dapat dilakukan ialah :
a.
membuat kebijaksanaan SDA yang berdasarkan potensi
pengembangan dan pemanfaatan dalam jangka panjang .
b.
mengambil langkah langkah penghematan dan pengunaan
SDA
c.
mengembangkan sumber daya alam diberbagai daerah
sehingga penyediaan SDA dan kelestarian terjamin
d.
meningkatkan pengembangan sebagai peranan SDA dalam
penyumbang devisa
e.
meningkatkan keterpaduan pengembangan SDA sesuai
dengan tuntutan industri
f.
mengembangkan sistem metode dan teknologi hemat
energi pada SDA
g.
mempertimbangkan
kelestarian ekosistem lingkungan sekitar lokasi pengambilan sumber daya alam
h.
mempertimbangkan
wawasan kearifan local dan kehidupan masyarakat di sekitar lokasi pengambilan
sumber daya alam
i.
melakukan
penelitian dan proses pengambilan SDA yang berawasan lingkungan
j.
menggunakan
inovasi teknologi yang dapat mengurangi kerusakan baik pada SDA tersebut atau
lingkungan lokasi SDA.
2.3.3
Unsur-Unsur Yang Mendukung Dalam Pengambilan SDA
Dalam proses pengambilan sumber
daya alam demi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam demi memenuhi
tuntutan kebutuhan hidup manusia pasti aka nada unsur-unsur yang akan mendukung
dalam proses pengambilan sumber daya alam. Unsur yang mendukung ini akan menjadi
syarat atau indicator yang akan member keputusan terhadap akan terjadi atau
tidaknya pengambilan sumber daya alam. Unsur pendukung ini juga akan sedikit
mempermudah dalam proses pengambilan sumber daya alam tentunya apabila
diimbangi dengan kualitas dan kuantitas yang terjaga.
Adapun unsur-unsur yang
mendukung dalam proses pengambilan sumber daya alam ialah sebagai berikut:
· Adanya
perdagangan internasional
· Adanya
perkembangan teknologi
· Adanya tenaga
kerja
· Adanya investasi
baik dari perusahaan dalam negeri maupun asing
· Adanya kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat
· Adanya
perkembangan tuntutan zaman
2.3.4
Hambatan Dalam Pengambilan SDA
Dalam proses pengambilan sumber
daya alam tentu tidak akan berjalan lancar-lancar saja. Setiap kegiatan pasti
akan memiliki hambata yang akan mengganggu kelancaran bahkan mempersulit akan
pelaksaan kegiatan tersebut. Hal ini juga akan terjadi pada proses pengambilan
sumber daya manusia.
Hambatan dalam pengambilan
sumber daya manusia ini tentu akan mengurangi kelancaran dalam proses
pengambilan sumber daya manusia yang akan berimbas pada terganggunya produksi
dan pemanfaatan atas sumber daya manusia sehingga pemenuhan kebutuhan juga akan
terhambat sehingga akan menimbulkan berbagai masalah yang dapat berakibat fatal
dalam kehidupan. Oleh sebab itu, hambatan tersebut perlu diketahui agar dapat
dilakukan tindakan antisipasi atau tindakan mengatasi hambatan tersebut agar
dapat mengurangi masalah yang mungkin akan terjadi nantinya.
Adapun beberapa hambatan yang
dapat terjadi saat proses pengambilan sumber daya alam diantaranya adalah:
·
Jauhnya letak lokasi atas SDA yang berpotensi dan
dapat dikelolah dan memenuhi tuntutan kebutuhan hidup manusia
·
letak lokasi SDA yang terisolasi dan jauh dari
emdahan transportasi dan fasilitas yang mendukung proses pengambilan SDA .
·
kurangnya akan fasilitas dan tenaga ahli dalam
melakukan penelitian maupun pelaksanaan proses pengambilan SDA
·
SDA yang terbatas jumlahnya sedang belum
ditemukannya alternatif lain untuk menjadi subtitusinya
·
Kurangnya kesadaran akan konservasi dan pelestarian
serta penghematan SDA sehingga terkadang pengambilan SDA terkesan
mengeksploitasi secara berlebihan
·
Teknologi yang masih belum memadai bahkan terkesan
kurang ada inovasi teknologi yang mendukung , sehingga memperlambat dan
mempersulit pengambilan SDA
·
Dana anggaran yang belum teralokasi dengan baik
·
Masih kurang tenaga ahli yang berasal dari dalam
negeri sehingga harus merekrut tenaga ahli dari luar negeri yang tentunya akan
menaikkan biaya
2.3.5
Pengambilan Serta Pengelolaan SDA Renewable Dan Nonrenewable
Berdasarkan
pembentukannya, sumber daya alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• SDA
yang dapat diperbaharui (renwable resources)
• SDA
yang tidak dapat diperbaharui (non renewable)
a.
Sumber Daya
Alam yang dapat Diperbaharui (renewable resources)
Disebut sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, karena alam
mampu mengadakan pembentukan baru dalam waktu yang relative cepat. Dengan
demikian, sumber daya alam ini tidak dapat habis. Pembaruan bisa terjadi dengan
dua jalan, yaitu secara reproduksi atau dengan adanya siklus.
1)
Pembaruan dengan reproduksi. Pembaruan ini
terjadi pada sumber daya alam hayati, karena hewan dan tumbuhan dapat
berkembang biak sehingga jumlahnya selalu bertambah. Sekalipun demikian, bila
pengelolaannya tidak tepat, sumber daya alam hayati dapat punah. Sekali spesies
hewan dan tumbuhan punah, maka alam tidak dapat memperbarui atau membentuk
lagi. Seringkali aktivitas manusia yang kurang bertanggung jawab bisa
menyebabkan sumber daya alam hayati menurun kualitas dan keanekaragamannya,
misalnya, karena pengaruh pencemaran. Sebaliknya, dengan penerapan
prinsip-prinsip genetika, misalnya hibridisasi dan rekayasa genetika, sumber
daya ala mini dapat ditingkatkan kualitas dan keanekaragamannya.
2)
Pembaruan dengan adanya siklus. Beberapa
sumber daya alam, misalnya air dan udara terjadi dalam proses yang melingkar
memnbentuk siklus. Dengan demikian, selalu terjadi pembaruan. Aktivitas manusia
seperti berikut dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya
alam.Pencemaran udara akan menurunkan kualitas atmosfer bumi, serta penebangan
hutan dapat menurunkan kualitas air tanah dan menimbulkan banjir.
b.
Sumber Daya Alam yang tidak Dapat Diperbarui (unrnewable
resource)
Sumber daya ala mini terdapat dalam jumlahyang relative statis karena
tidak ada penambahan atau pembentukannya sangat lambat bila dibandingkan dengan
umur manusia. Pembentukannya memerlukan waktu ratusan tahun bahkan jutaan
tahun. Manusia tidak dapat memanfaatkannya selama 2 -3 generasi. Sumber daya alam ini dapat habis.
Contoh : Bahan mineral, batu bara,
gas alam dan sumber daya alam fosil lainnya. Berdasarkan daya pakai dan nilai
konsumtifnya, sumber daya alam ini dibedakan menjadi dua golongan berikut.
1)Sumber
daya alam yang tidak cepat habis. Tidak cepat habis karena nilai konsumtif terhadap barang itu relative
kecil. Manusia hanya memanfaatkannya dalam jumlah sedikit. Di samping itu,
sumber daya ala mini dapat dipakai secara berulang-ulang hingga tidak cepat
habis.Contoh : intan, batu permata, serta logam mulia (emas)
2)Sumber daya alam yang cepat habis. Cepat habis karena nilai konsumtif
akan barang relatif tinggi. Manusia menggunakan dalam jumlah yang banyak,
sehingga sumber daya ala mini akan cepat habis. Di samping itu daur
ulangnya sukar dilakukan.
Contoh : bensin, gas alam, dan bahan baker lainnya.
Contoh : bensin, gas alam, dan bahan baker lainnya.
Pemanfaatan sumber
daya alam secara ekoefisien yang akan membuat sumber daya alam yang diambil
dapat berkualitas dan bermanfaat optimal.Dalam memanfaatkan sumber daya alam,
manusia perlu berdasar pada prinsip ekoefisien. Artinya tidak merusak
ekosistem, pengambilan secara efisien, dan memikirkan kelanjutan sumber daya
alam itu. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan
sumber daya alam untuk mendukung kesejahteraan manusia. Hal itu berarti,
prioritas utama pengelolaan sumber daya alam adalah pada upaya pelestarian
lingkungan.
Ada dua pendapat
mengenai pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pendapat pertama
dikemukakan oleh praktisi pembangunan dan pendapat kedua oleh para praktisi
lingkungan (environment). Menurut para praktisi pembangunan, pembangunan
yang bekelanjutan bertujuan pada tersedianya sistem program, sarana-prasarana,
sumber daya manusia, dan dana untuk memenuhi kesejahteraan manusia. Pendapat
ini menekankan pada upaya penggunaan sela sumber daya yang ada untuk
pelaksanaan pembangunan.
Menurut para praktisi
lingkungan, pembangunan yang berkelanjutan harus memikirkan kelestarian sumber
daya alam untuk masa yang akan dating. Pendapat ini menekankan pada pelestarian
sumber daya alam.
Kedua pendapat
tersebut memiliki keuntungan. Perbedaanya, praktisi pembangunan menekankan
keuntungan ekonomis secara cepat / singkat. Sementara praktisi lingkungan
menekankan keuntungan ekonomis jangka panjang.Agar kita bisa menikmati
keuntungan maksimal, sebaiknya kita gunakan kedua pendapat praktisi tersebut.
Dengan begitu, kita akan mendapat keuntungan pemanfaatan sumber daya alam yang
ekonomis pada saat ini hingga masa yang akan datang.
Dalam pembangunan berkelanjutan
perlu dilakukan berbagai upaya berikut :
a. menyatukan persepsi tentang pelestarian /
konservasi biosfer
b. menstabilkan populasi bumi baik di darat maupun
di laut.
c. melanjutkan dan mengamankan penggunaan sumber
daya
d. menggunakan sumber daya secara efisien dan
tidak membahayakan biosfer
e. mengembangkan dan menerapkan
teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan pengembangan lingkungan.
f.Mendukung program ekonomi baru yang memiliki strategi berkelanjutan
dalam pengelolaan sumber daya dan
pengembangan lingkungan.
g. mengefektifkan implementasi peraturan-peraturan
konservasi keanekaragaman hayati.
2.4 KAITAN ANTARA
KEMISKINAN, INDUSTRIALISASI, DAN PENGAMBILAN SDA
2.4.1
Kaitan Antara Kemiskinan, Industrialisasi, Dan Pengambilan Sda Dalam Ruang Dan
Waktu
a.
Pandangan manusia dalam Ruang
dan waktu
Kelompok Roma
khawatir apakah penduduk makin besar jumlahnya dapat terpenuhi kebutuhannya dg
SDA makin terbatas adanya. Kelompok ini juga mengatakan
bahwa banyak dari manusia yang berpandangan jangka pendek atau sempit dan
sedikit yang jangka panjang
b.
Beberapa kesimpulan studi kelompok roma
Bila kecenrungan
pertumbuhan jumlah penduduk dunia,
industrilisasi, pencema ran, dan pengambilan SDA tetap seperti saat ini, ba tas
pertumbuhan di bumi ini akan tercapai 100 tahun lagi. Akibatnya jumlah penduduk
akan berkurang secara drastis termasuk kapasitas sektor industri .Ada kemungkinan
untuk mengubah kecendrungan pertumbuhan dan menciptakan keadaan ekologi dan
ekonomi yang stabil di masa datang. Keseimbangan secara global di dunia ini
dapat direkayasa shg kebutuhan setiap orang di dunia ini dapat dipuaskan dan
setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan potensi2 yang
dimilikinya.Bila penduduk dunia mengambil
keputusan untuk berjuang merealisasikan keadaa pada butir(2), semakin cepat
mereka mulai, semakin cepat pula kemungkinan berhasilnya
2.4.2
Cara Pemanfaatan SDA dalam Kaitan Pertumbuhan Ekonomi untuk Mengatasi
Kemiskinan Di Era Industrialisasi
o
Ramalan pesimistis pertumbuhan ekonomi dan teknologi mengakibatkan rusaknya
ekologi, shg kehidupan manusia dapat merosot
o
Ramalan optimistis Dengan teknologi dapt diciptkan sumberdaya baru,
pencemaran juga dapat dicegah (TUA), Shg pengurasan SDA dan pencemaran hanya
bersifat sementara
o
Pencinta Lingkungan mengatakan satu2nya jalan untuk menyelamatkan dunia ini
dari kehancuran adalah dg menekan laju pertumbuhan ekonomi.
o
Kelompok ini menekankan bahwa pencemaran lingkungan dan konsumsi SDA
yg tidak pulih berkembang secara eksponensial (laju makin cepat)
o
Menurut Kelompok Roma ada 5 faktor yang saling tergantung yaitu penduduk,
produksi pertanian,SDA, produksi industri pengolahan dan pencemaran lingkungan
2.4.3
Pengambilan SDA oleh Masyarakat Industry untuk Industrialisasi
Pencinta
pertumbuhan ekonomi mengatakan masalah kekurangan semberdaya hanya sementar
sifatnya, karena dapat diatasi dengan kemajuan teknologi. Pertumbuhan
ekonomi sangat perlu karena untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
jangka panjang. Environmentalist menyatakan permintaan terhdp SDA meningkat
secara eksponensial dan teknologi juga akan berlaku hukun “diminishing returns”.SDA makin langka diperlukan untuk mene mukan dan
mengambilnya biaya makin besar.
Beberapa cara pengambilan SDA yang dilakukan oleh
masyarakat industry yaitu:
o
Meningkatkan tersedianya SDA pada laju yang paling tidak sama dengan laju
peng gunaan SDA. Kebijakan yang sekarang ini ditempuh dalam kebanyakan negara
industri diarahkan untuk meningkatkan tersedianya SDA seperti mengintensifkan
penelitian sumber2 minyak dan gas baru
o
Meningkatkan efisiensi penggunaan SDA dengan menggunakan “technical
fix” yaitu pemecahan masalah yang secara teknis dan ekonomis layak atas dasar
standar saat ini dan tidak memerlukan perubahan2 sosial
dan kebudayaan yang bearti. Contoh mobil yang hemat energi
o
Menekan permintaan pada SDA. Contoh menggunakan kendaraan umum untuk
menggantikan kendaraan pribadi
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam
pengambilan SDA pasti akan sangat berkaitan dengan investasi dan dana, sehingga
apabila suatu Negara tersebut memiliki potensi SDA yangb banyak namun tidak
bisa mengelola akibat terkendala pada teknologi, tenaga ahli, dan lainnya yang
tentu bersumber pada biaya maka Negara tersebut tidak akan mencapai kemajuan
terutama di era industrialisasi ini.
Oleh
sebab itu kaitan antara kemiskinan, industrialisasi , dan pengambilan SDA demi
pemanfaatannya untuk memenuhi pasar global maupun kebutuhan kehidupan masyarakat
pada umumnya sangat lah penting dan ber[ppengaruh satu sama lain. Betapa tidak
hal ini akan dibuktikan apabila suatu Negara itu miskin maka ia tidak bisa
mengambil dan mengelola sumber daya alam yang ada sehingga ia tidak akan
mewujudka Negara industrialisasi yang akan berpeluang memajukan Negara tersebut
di era dan tuntutan zaman seperti sekarang ini.
Dalam
pengambilan SDA itu sendiri penting untuk mengetahui strategi dan kebijakan
yang tepat serta unsur pendukung dan penghambat ddalam prosesnya, serta
bagaiman hal itu akan mengurangi kemiskinan dan mewujudkan perekonomian
industrialisasi yang seperti menjadi tuntutan di zaman sekarang ini.
3.2 SARAN
Dalam
proses pengambilan SDA hendaknya di lakukan penelitian yang menyakinkan dan
proses pengambilan SDA yang berwawasan lingkungan agar tetap terjaga ekosistem
lingkungan. Pemanfaatan SDA yang tepat dan bijaksana dengan memanfaatkan tenaga
kerja lingkungan sekitar untuk mengurangi pengangguran dan mengurangi tingkat
kemiskinan serta dapat menuju pada sistem industrialisai yang bijaksana tanpa
eksploitasi berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiro, Ruslan. 1979. Ekonomi Sumber Daya.
Bandung: Alumni
Reksohadiprodjo,
Sukanto. 1987. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Bandung: BPFE YOGYAKARTA
Tambunan, Tulus. 2001. Industrialisasi di Negara
Sedang Berkembang : Kasus Indonesia. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia
http://Memerangi
Kemiskinan Menuju Pemerataan.htm
http://Dayintapinasthika's
Blog.htm
http://kaitan-antara-kemiskinan-industrialisasi-dan-pengambilan-sda-Ilmu-Ekonomi.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar