1.1
Bruner dan Teorinya
Jerome Bruner dilahirkan
dalam tahun 1915. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan
dan ahli psokologi belajar kognitif . Pendekatannya tentang psikologi adalah
eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia,
motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap
manusia sebagai pemroses,pemikir dan pencipta informasi.
Bruner tidak mengembangkan
suatu teori belajar yang sistematis, melainkan ialah cara-cara bagaimana orang
memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif, dan inilah
menurut Bruner inti dari belajar.
Ciri khas
teori belajar menurut Bruner:
¨
Empat tema tentang pendidikan
Dalam bukunya The Process of
Education (Bruner,1960), Bruner mengemukakan empat (4) tema pendidikan
yaitu:
Tema pertama, mengemukakan pentingnya
arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan dapat
menolong para siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak
ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain pada informasi yang telah
mereka miliki.
Tema kedua, tentang kesiapan
(readiness) untuk belajar. Kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan
yang lebih sederhana yang dapat membantu seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan
yang lebih tinggi.
Tema ketiga, menekankan
nilai intuisi dalam proses pendidikan. Intuisi dimaksudkan bahwa teknik-teknik
intelektual untuk sampai pada formulasi- formulasi tentative tanpa melalui
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan
yang sahih atau tidak.
Tema keempat, tentang motivasi
atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk
merangsang motivasi itu.
¨
Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi (Rosser,1984).
Asumsi pertama, bahwa perolehan
pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Bruner yakin bahwa orang yang
belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif akan menyebabkan perubahan
yang tidak hanya terjadi dilingkungan, tetapi juga dalam diri orang itu
sendiri. Asumsi kedua, bahwa orang
mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan
informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of
the world).
Menurut Bruner, dalam belajar, hal-hal yang mempunyai kemiripan
dihubungkan menjadi suatu struktur yang memberikan arti pada hal-hal itu. Dalam
proses hidup dan berinteraksi dengan lingkungan, orang mengembangkan model dalam (inner mode) atau sistem
koding untuk menyajikan alam sebagaimana yang diketahuinya. Menurut Bruner,
dalam sistem ini terdapat banyak referensi silang yang saling menghubungkan hal-hal itu untuk
membentuk satu seri hubungan-hubungan yang sangat kompleks.
Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai suatu
pendekatan kategorisasi. Bruner beranggapan bahwa semua interaksi-interaksi
kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pemfungsian
manusia. Karena kategorisasi menyederhanakan kekompleksan dalam lingkungan
kita. Menurut Bruner, kategorisasi dapat membawa kita ke tingkat yang lebih
tinggi dari pada informasi yang
diberikan. Kesimpulannya, Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori
dan pengembangan suatu sistem pengkodean.
¨
Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga (3) proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses ialah memperoleh informasi baru,
transformasi informasi, serta menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner,
1973).
Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang, atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga
berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki oleh seseorang. Dalam
transformasi pengetahuan, seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok atau
sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan
pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi, atau dengan mengubah menjadi bentuk
lain. Selanjutnya kita menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan dengan
menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang
ada.
Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif
sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua (2)
prinsip yaitu pertama, pengetahuan
seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang
dibangunnya, kedua, model-model
semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model
itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
Persepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses
konstruktif. Dalam proses ini orang itu menyusun suatu hipotesis dengan
menghubungkan data inderanya pada model yang telah disusunnya tentang alam,
lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat tambahan dari peristiwa itu.
Jadi, seorang pengamat itu tidak dipandang sebagai organisme reaktif yang pasif,
tetapi sebagai seseorang yang memilih informasi secara aktif, dan membentuk
hipotesis perseptual.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif
yaitu bahwa pembelajaran baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya, belajar
melibatkan adanya proses informasi (active learning), pemaknaan berdasarkan
hubungan, dan proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan
dan strategi.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut
bruner adalah sebagai berikut :
·
Pematangan intelektual
atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya
ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus.
·
Pertumbuhan intelektual
tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa
menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.
·
Pertumbuhan itu
menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga (3) sistem keterampilan
untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan
itu disebut tiga cara penyajian diantaranya
ialah cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik. Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi
bersifat manipulative. Pada tahap
ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami
lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara
langsung. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan
sebagainnya.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran
internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili
suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Pada tahap ini
anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan dan perbandingan. Penyajian ini
dikendalikan oleh prinsip-prinsip dan transformasi-transformasi secara
ekonomis dalam konsep perseptual.
Cara penyajian simbolik
menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang yang lebih
memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-objek, memberikan
struktur hierarkis pada konsep-konsep, dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
alternative dalam suatu cara kombinatorial. Pada tahap ini peserta didik
mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika.
Peserta didik membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, analisis dan
sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.
¨
Belajar penemuan
Belajar penemuan (discovery
learning) merupakan salah satu model pembelajaran/belajar kognitif yang
dikembangkan oleh Jerome Brunner (1996). Menurut Bruner, belajar penemuan
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar benar bermakna.
Menurut Brunner, belajar bermakna
hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Agar belajar menjadi
bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif
mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukan sendiri, bukan hanya
menerima penjelasan dari guru saja.
Brunner yakin bahwa belajar
penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar
yang problematis, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, menstimulus siswa
dengan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar
penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh
tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar kosep. Menurut
Brunner, belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa
dengan cara menemukan dan memecahkan masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi
secara aktif dengan konsep dan prinsip, serta dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman, dan melakukan eksperimen yang membuat mereka dapat menemukan
prinsip itu sendiri.
Penggunaan
konsep discovery learning (belajar penemuan) ini memiliki
keunggulan sebagai berikut:
·
Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji
apakah belajar sudah bermakna atau belum.
·
Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tersimpan
lama dan mudah diingat.
·
Belajar penemuan sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah sebab yang diinginkan adalah agar siswa dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterimanya.
·
Transfer dapat ditingkatkan setelah generalisasi
ditemukan sendiri oleh siswa.
·
Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai
pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
·
Belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa
dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
·
Belajar penemuan dapat mendorong keterlibatan
aktif, meningkatkan tanggung jawab, dan
kemandirian, serta dapat meningkatkan pengembangan kreativitas dan kemampuan
pemecahan masalah.
·
Penemuan melatih keterampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
·
Belajar penemuan membangkitkan rasa keingintahuan siswa.
·
Konsep ini membantu peserta didik mengembangkan
bakatnya, membentuk sifat kesiapan serta kemampuan keterampilan dalam proses
kognitif peserta didik.
·
Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta
didik karena mampu menemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuan
sendiri.
Adapun
kelemahan konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner, yaitu:
◙
Konsep belajar ini menuntut peserta didik untuk
memiliki kesiapan dan kematangan mental. Peserta didik harus berani dan
berkeinginan mengetahui keadaan disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian
dan keinginan tentu proses belajar akan gagal.
◙
Konsep ini kurang berhasil apabila di laksanakan
didalam kelas yang besar.
◙
Konsep ini terlalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan
keterampilan bagi peserta didik.
◙
Konsep ini mungkin tidak memberikan kesempatan
untuk bepikir secara kreatif.
Dari beberapa penjelasan
tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut Jerome Bruner, tentu
kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan keadaan dan
tempatnya, sehingga dapat memaksimalkan penggunaaannya agar tidak terjadinya
kegalalan pembelajaran karena salah dalam penggunaannya.
1.2
Teori Instruksi Bruner
Menurut
bruner, suatu teori instruksi (Bruner,1966) hendaknya meliputi :
ø Pengalaman-pengalaman
optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar.
Menurut bruner,
belajar dan pemecahan masalah tergantung pada penyelidikan
alternative-alternative. Penyelidikan alternative-alternative membutuhkan
aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.
ø Penstrukturan
pengetahuan untuk pemahaman optimal.
Struktur suatu
domain pengetahuan menpunyai tiga cirri, yaitu cara penyajian, ekonomi dalam
penyajian, dan kuasa dari penyajian. Setiap ciri itu mempengaruhi kemampuan
siswa untuk menguasainya.
ø Perincian
urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal.
Dalam mengajar,
siswa dibimbing melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah atau
sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima,
mengubah, dan mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan materi pelajaran
dalam suatu domain pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi siswa dalam
mencapai penguasaan.
ø Bentuk
dan pemberian reinforsemen.
Bruner
mengemukakan, bahwa bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus dipikirkan.
Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberikan selama proses belajar
mengajar. Umpan balik berupa perbaikan-perbaikan dibuat sedemikian rupa
sehingga siswa menjadi tidak bergantung kepada guru atau tutor bahkan
dimungkinkan siswa untuk menggantikan fungsi tutor
tersebut.
Bruner percaya bahwa
teori instruksi harus memiliki empat (4) keistimewaan yang menentukan proses
instruksi alami, yaitu:
§ Secara
khusus memberikan pengalaman yang mempengaruhi atau memotivasi berbagai tipe
siswa untuk belajar, bahwa belajar terjadi dari subjek umum ke subjek yang
lebih khusus.
§ Pengetahuan
umum dan disiplin tertentu harus disusun
dan distruktur sehingga menjadi siap dipelajari siswa.
§ Menentukan
cara yang paling efektif dan efisien dalam menyajikan materi kepada siswa untuk
memfasilitasi belajar.
§ Harus
menyeleksi peruntunan yang tepat dari penghargaan dan hukuman dalam mengajar
dan belajar.
1.3
Menerapkan Mengajar Penemuan
a)
Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring.
Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar
sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat
melatih kemampuan intelektual para siswa, dan merangsang keingintahuan mereka
dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh
pengetahuan melalui belajar penemuan. Dalam belajar penemuan siswa mendapat
kebebasan sampai batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau berkelompok.
Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan proses belajar
mengajar.
b)
Peranan Guru
Dalam belajar penemuan, peranan
guru dapat dirangkum sebagai berikut:
¨
merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga
pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh
para siswa.
¨
menyajikan materi pelajaran yang diperlukan
sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.
¨
guru juga harus memperhatikan tiga cara
penyajian yang telah dibahas terdahulu yang sesuai dengan tingkat kognitif
siswa.
¨
bila siswa memecahkan masalah dilaboratorium
atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau
tutor.
¨
menilai hasil belajar melalui bentuk tes yang dapat
berupa tes objektif atau tes esai.
Tahapan-tahapan penerapan
belajar penemuan, antara lain:
·
Stimulus
(pemberian perangsang), kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan
yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk
membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
·
Problem statement (mengidentifikasi
masalah), memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan
merumuskannya dalam bentuk hipotesis tersebut.
·
Data collection
(pengumpulan data), memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi
yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis
tersebut.
·
Data processing
(pengolahan data), memberikan bimbingan terhadap data yang telah diperoleh
siswa melalui kegiatan wawancara, observasi atau lain-lain.
·
Verifikasi,
mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis
yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan pengolahan data.
·
Generalisasi,
mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori
Belajar. Jakarta : Erlangga
nice tulisannnyaa,,,
BalasHapushttp://miazart.blogspot.com/2011/02/belajar-penemuan-menurut-jerome-bruner.html
http://miazart.blogspot.com/2011/02/belajar-penemuan-menurut-jerome-bruner.html
http://miazart.blogspot.com/2011/02/belajar-penemuan-menurut-jerome-bruner.html