2.1 Mengenal Alam Semesta
Berdasarkan hasil
pengamatan para astronom dengan menggunakan tropong binokular atau teleskop
yang mutakhir bahwa di alam semesta ini terdapat bintang-bintang beredar
mengikuti suatu pusat berupa kabut gas pijar yang sangat besar,dikelilingi oleh
kelompok-kelompok bintang yang sangat besar satu dengan lain (cluster) dan juga
dikelilingi oleh gumpalan-gumpalan kabut gas pijar yang lebih kecil dari
pusatnya (nebula). Menurut para ahli ternyata galaksi itu jumlahnya banyak, dan
galaksi dimana bumi kita berinduk diberi nama galaksi Milky Way atau Bimasakti
dan galaksi tetangga yang berhasil dilihat adalah galaksi Andromeda.
Bagaimana
alam semesta ini tercipta dan berapa umurnya, menjadi pertanyaan yang mendasar
saat akan memulai mengenal dan mempelajari serta mengamati alam semesta. Ilmu pengetahuan
yang sangat luas pun kadang-kadang dihadapan
dengan suatu yang sangat kecil ukurannya seperti sel, tetapi kadang-kadang
dihadapkan pada suatu yang sangat besar ukurannya seperti alam semesta. Mikroskosmos
mempelajari hal-hal yang sangat kecil dalam ukurannya seperti sel, atom,
pronton, dan electron. Sedangkan alam semesta termasuk dalam makroskosmos.
Ilmu yang
mempelajari alam semesta disebut ilmu kosmologi. Kosmologi dewasa ini secara
menyeluruh adalah suatu ilmu pengetahuan (sains). Ia memiliki teori dan juga
bersandar pada pengamatan, seperti halnya pada ilmu pengetahuan lain. Di
samping itu ia juga memiliki keterkaitan yang erat dengan ilmu pengetahuan
lainnya dan ia mengambil hasil-hasil ilmu pengetahuan tersebut. Dari gambaran
ini kita bisa memaklumi betapa luasnya cakupan kosmologi. Untuk memberikan
gambaran tentang alam semesta (yang merupakan fokus utama dalam kosmologi), ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memulainya. Kita bisa memulai
dengan membahas tentang bumi dan tata surya, bintang-bintang, galaksi sampai
alam semesta
Mikroskosmos
Salah satu contoh masalah mikroskosmos yang
telah berhasil diamati yaitu sel. Pada tahun 1665 ilmuan bangsa inggris Robert Hooke
dengan menggunakan mikroskop yang masih sederhana, melihat bahwa gabus terdiri
dari struktur gelembung berdinding seperti sarang lebah. Rongga berdinding ini
di sebut sel dan oleh para ilmuan sel yang sebagai kotak-kotak kecil itu berisi
bahan kehidupan.
Pada tahun 1869 Friedrich Miescher seorang ahli biokimia berhasil
memisahkan suatu zat dari inti sel. Zat ini sekarang oleh para ilmuwan di
namakan asam Deoksiri Bonykleat atau disingkat dengan DNA yang merupakan mata
rantai antara zat bernyawa dan tak bernyawa, serta penemuan penting lain yang
sangat berharga yang dapat mengungkap rahasia kehidupan yang paling dalam.
Makrokosmos
Setelah Galileo (1564-1642) menemukan
teleskop, makin banyak benda langit diketemukan dan dapat diamati. Tetapi bukan
berarti para ilmuwan sebelumnya tidak mengamati gerak gerik tata surya dengan keindahan
benda langit yang sangat menarik perhatian.
Ahli fisika yakin
bahwa jagat raya atau alam semesta ini berawal dari unsur hydrogen, sedangkan
unsur-unsur lainnya merupakan sintensis yang terjadi dibagian dalam
planet-planet, sedangkan awal sintesis bumi diperkirakan 15 miliar tahun yang
lalu.
Efek Doppler
Ketika alam semesta terbentuk, unsur
radioaktifitas belum ada. Materi bukanlah merupakan materi yang seperti kita
kenal molekul maupun atom bahkan proton dan electron yang kita pikirkan sebagai
bahan dasar alam semesta ini atau bahkan mungkin belum terbentuk materi seperti yang kita kenal sekarang pada waktu
itu.
Dengan demikian pengukuran umur alam semesta
dilakukan dengan cara pelapukan unsur radioaktifitas suatu zat yang tidak
teliti. Tetapi salah satu fakta sederhana yang dikenal dan ditemukan setiap
hari dapat diterapkan untuk memperkirakan umur jagat raya ini. Hukum fisika
yang dapat menerangkan gejala tersebut dikenal dengan efek Doppler. Efek
Doppler ialah adanya gejala penurunan frekuensi gelombang yang bergerak menjahui
pengamat dan sebaliknya bila benda mendekati pengamat akan mengalami kenaikan
kenaikan frekuensi gelombang.
Dengan keadaan alam semesta mula-mula dalam
keadaan mampat, tidak menetap, dan meledak melemparkan gumpalan besar yang
melayang menjauh ditempat yang mengembang lalu terbentuk bintang, galaksi,
planet maka umur alam semesta dapat dihitung dengan membagi jarak antara
galaksi dan kecepatan mengembangnya.
Menurut perhitungan umur alam semesta saat
ini berkisar sepuluh sampai lima belas milyar tahun.
2.1.2 Menaksir Waktu
Henri Becquerei pada tahun 1896 telah
menemukan gejala radio aktif dari Urainium, sedangkan penemuan radioaktifitas
lainnya ditemukan oleh suami istri Curie. Baru tahun 1907 Lord Rutherford
berkeyakinan bahwa laju pelapukan zat-zat radioaktifitas sangat teratur dan
dinyatakan dalam waktu paruh. Setiap atom uranium, ketika melapuk menjadi atom
timbul yang stabil meninggalkan delapan atom helium. Bila laju pelapukan
uranium diketahui maka dapat ditemukan umur suatu batuan, yakni dengan mengukur
banyaknya uranium dan belium yang terkandung dalam batuan tersebut. Setelah
penemuan isotope radioaktif para ahli geokimia dapat menentukan umur batuan
lebih teliti dengan cara membandingkan waktu paruh unsur-unsur isotope
radioaktifitas yang terkandung dalam batuan tersebut .
Pada tahun 1946 Wilard F.Libby mengamati
bahwa setiap tumbuhan mengisap karbon dioksida (CO₂) dan secara kimiawi
membentuk menjadi bagian strukturnya. Tetapi pada tumbuhan itu mati C₁₄ yang
terkandung didalamnya akan menjadi beku dan melapuk secara radioaktif.
Karena setiap organisme hidup mengandung
karbon (C) maka metode Libby dapat digunakan untuk menentukan umur dari makhluk
yang pernah hidup. Hal ini telah dibuktikan kebenarannya oleh para ahli
orkeologi. Ketelitian metode Libby yang telah digunakan pada saat menghitung unsur C₁₄ dan
diperkirakan berumur 3700 tahun dengan kemungkinan salah 400 tahun, dan bila
dilihat dari dokumen sejarah kurang lebih berumur 3.800 tahun.
2.2 Asal Usul Alam Semesta
Luasnya
penyebaran galaksi-galaksi dinilai oleh para astrofisikawan sebagai salah satu
warisan terpenting dari tahap-tahap awal alam semesta yang masih ada hingga
saat ini. Oleh karenanya, adalah mungkin untuk mengacu pada informasi tentang
penyebaran dan letak galaksi-galaksi sebagai “sebuah jendela yang membuka
pengetahuan tentang sejarah alam semesta.” Seabad yang lalu, penciptaan alam
semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan para ahli astronomi. Alasannya
adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu
tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta, ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya
hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai awal.
Dalam sebuah
alam semesta yang tidak berubah, tidak akan ada titik permulaan alami. Tapi
situasi ini berubah secara radikal, ketika Edwin Hubble mulai membuat
pengamatan-pengamatan dengan teleskop seratus inchi di Gunung Wilson, pada
tahun 1920an. Hubble menemukan bahwa bintang-bintang tidak secara seragam
terdistribusi di seluruh ruang angkasa, tapi dikumpulkan bersama dalam
koleksi-koleksi sangat banyak yang disebut galaksi galaksi. Hubble menemukan
bukti pengamatan untuk sesuatu yang telah "diramalkan" George
Lamaitre sebelumnya.
Dengan
mengukur cahaya dari galaksi-galaksi, Hubble dapat menentukan kecepatannya. Dia
mengharapkan bahwa galaxi-galaxi yang bergerak menuju kita akan sebanyak yang bergerak
menjauh. Tapi Hubble terkejut menemukan bahwa hampir semua galaxi-galaxi
bergerak menjauh dari kita. Lebih-lebih, semakin jauh galaxi-galaxi dari kita,
semakin cepat mereka menjauh. Alam semesta tidaklah tak berubah seiring waktu,
seperti yang disangka setiap orang sebelumnya. Alam semesta mengembang. Jarak
antara galaxi-galaxi meningkat seiring dengan waktu.
Pengembangan
alam semesta, adalah salah satu dari penemuan-penemuan intelektual terpenting
dari abad ke 20, atau abad kapan pun. Pengembangan alam semesta mentransformasi
perdebatan apakah alam semesta mempunyai sebuah permulaan. Jika galaxi-galaxi
bergerak terpisah sekarang, mereka pastilah lebih dekat bersama di masa lalu.
Jika kecepatannya konstan, mereka pastilah bertumpukan satu sama lain, kira-kira
15 milyar tahun yang lalu. Apakah ini merupakan permulaan alam semesta? Hal ini
yang akan menjadi pertanyaan mendasar di benak kita.
Banyak
ilmuwan tetap tidak senang dengan alam semesta yang memiliki sebuah permulaan,
karena sepertinya menyiratkan bahwa ilmu fisika roboh. Maka dari itu mereka
mengajukan teori-teori yang mana alam semesta berkembang saat ini, tapi tidak
mempunyai awal. Salah satunya adalah teori Keadaan Kukuh, diusulkan oleh Bondi,
Gold, dan Hoyle tahun 1948.
Dalam teori
Keadaan Kukuh, ketika galaxi galaxi bergerak terpisah, gagasannya dulu adalah
bahwa galaxi-galaxi baru akan terbentuk dari materi yang dianggap secara terus
menerus diciptakan di seluruh ruang angkasa. Alam semesta akan telah mengada
selamanya, dan akan telah terlihat sama sepanjang masa. Teori Keadaan Kukuh
memprediksi bentuk dari grafik hubungan sejumlah sumber radio dengan kekuatan
sumber.
Tetapi
observasi-observasi memperlihatkan sumber-sumber radio yang redup lebih banyak
daripada yang diperkirakan, dan menunjukkan bahwa kepadatan sumber-sumber
tersebut lebih tinggi dimasa lalu. Ini berlawanan dengan asumsi dasar teori
Keadaan Kukuh, bahwa segalanya konstan dalam waktu. Karena inilah, dan berbagai
alasan lainnya, teori Keadaan Kukuh ditinggalkan.
2.2.1 Teori-Teori Terbentuknya Alam Semesta
Dalam upaya mengamati alam semesta dan menjawab semua pertanyaan
dan pengujian atas hipotesis yang lalu mengenai alam semesta maka ada beberapa
teori yang berusaha menjelaskan tentang alam semesta dan asal-usulnya.
1) Teori
Ledakan Dahsyat (Big Bang)
Seorang ahli perbintangan bangsa Belgia
bernama Geprgres lamaitre pada tahun
1930 telah mengemukakan teori ledakan dasyat. Menurut pendapatnya bahwa alam semesta atau
galaksi-galaksi berasal dari suatu massa yang meledak dengan dasyat yang bagian-bagiannya terlempar kesegala arah.
Alam semesta terdiri dari ribuan galaksi yang didalamnya terdapat tata surya, nebula,
cluster, dan benda langit lainnya berasal dari suatu massa yang bersatu padu
yang kemudian atas kehendak Allah SWT dipisahkan.
Para peneliti yang mengkaji data tentang galaksi dan menyimpulkan
bahwa galaksi-galaksi terbentuk pada materi yang terbentuk 350.000 tahun
setelah peristiwa Big Bang, di mana materi ini saling bertemu dan mengumpul,
dan kemudian mendapatkan bentuknya akibat pengaruh gaya gravitasi.
Penemuan tersebut membenarkan teori Big Bang, yang menyatakan
bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan
berkerapatan tak terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu. Menurut
teori Big Bang, segala sesuatu berawal dari ledakan satu titik tunggal
berkerapatan tak terhingga dan bervolume nol. Seiring dengan berjalannya waktu,
ruang angkasa mengembang dan ruang yang memisahkan antara benda-benda langit
pun mengembang.
Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah
pengkajian yang terdiri dari puluhan tahun pengamatan astronomi, dan berdiri
tegar tak terkalahkan di atas pijakan yang teramat kokoh. Big Bang diterima
oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini, dan menjadi bukti ilmiah yang
membenarkan kenyataan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dari
ketiadaan.
Pada akhir tahun 1950-an para pembela teori
keadaan tetap mulai agak mundur ketika para astronomi mulai mendeteksi sumber
gelombang radio jauh, yang berasal dari quasar yang sangat jauh. Hal ini
merupakan bukti langsung adanya Dentuman Besar.
Tahapan terjadinya Dentuman besar
1. Pada saat
awal setelah terjadinya Dentuman Besar, alam semesta mengembang cepat hingga
menjadi kira-kira 2000 kali matahari.
2. Sebelum
berusia satu detik, alam semesta membentuk pusaran massa partikel-partikel yang
sangat panas dan padat.
3. Kira-kira
500 ribu tahun setelah terjadi ledakan, lambat-laun alam semesta menjadi hingga
mencapai suhu 3000K. Partikel-partikel dasar membentuk benih kehidupan semesta.
4. Gas
hitdrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang teratur. Kelompok-kelompok
tersebut mulai terbentuk protogalaksi.
5. Antara satu
dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksi-protogalaksi
melahirkan bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi raksa merah dan
supernova yang merupakan bahan baku kelahiran bintang-bintang baru dalam
galaksi.
2) Teori Ekspansi
dan Konstraksi
Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa
ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu “masa ekspansi’ dan “masa kontraksi”
yang didga berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun. Para ilmuwan menduga
bahwa sebelum terbentuknya alam semesta telah terjadi suatu siklus antara massa
ekspansi dan masa kontraksi.
Dalam masa ekspansi, energy dari reaksi inti
hydrogen membangkitkan ekspansi alam sehingga terbentuk galaksi dan bintang dan
unsur lain. Pada masa kontraksi galaksi dan bintang yang terbentuk itu menciut
dan menyusut dengan memancarkan energy kalor/panas yang sangat tinggi.
3) Teori Creatio
Continua
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi
dan Gold. Mereka berpendapat bahwa saat diciptakan alam semesta ini tidak ada. Alam
semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada, dengan kata lain alam semesta
tidak pernah bermula dan tidak pernah berakhir.
2.3 Isi Alam Semesta
Alam semesta
terdiri atas semua materi termasuk tenaga dan radiasi yang ditemukan manusia
dan juga segala hal lainnya yang dipercayai manusia keberadaannya di dalam ruang
antariksa. Alam semesta tidak dapat diukur dan batasannya tidak dapat diketahui
karena alam semesta begitu besarnya sedang adanya keterbatasan kemampuan
manusia baik secara fisik, sains dan teknologi. Isi alam semesta diantaranya
yang telah diamati oleh manusia adalah bintang, galaksi, tatasurya, planet,
satelit, komet, meteoroid, asteroid, energy, radiasi, debu, gas, nebula dan
materi lainnya yang masih misteri.
2.3.1 Bintang
Bintang adalah benda astronomi yang
bersinar dengan cahayanya sendiri. Beberapa bintang lebih besar dari matahari
dan memancarkan cahaya yang lebih cemerlang, tetapi karena matahari adalah bintang
yang terdekat dengan bumi, maka yang tampak matahari yang paling cemerlang.
Jika kita mengamati langit dimalam hari, akan tampak beberapa
bintang dilangit yang lebih terang akan membentuk beberapa pola dilangit. Orang
Yunani kuno membagi pola bintang dilangit dalam daerah-daerah yang disebut rasi
bintang. Nama-nama rasi ini di hubungkan dengan nama-nama tokoh dalam mitologi.
Contohnya rasi Hercules, rasi Orion, rasi Centaurus, atau lainnya. Ada beberapa
macam cara yang digunakan oleh para ahli
astronomi dalam pemberian nama-nama bintang, diantaranya adalah:
· Pemberian
nama berdasarkan nama yang telah digunakan sejak zaman kuno, seperti bintang
Antares yang berada pada rasi Scorpio.
· Pemberian
nama menurut rasi tempat bintang berada, misalnya α centauri
yakni bintang paling terang pada rasi centaurus.
· Dalam
astronomi modern, nama bintang berdasarkan nomor dalam catalog.
Pada zaman
modern, para ahli astronomi mengelompokkan rasi bintang yang ada dilangit
menjadi 88 kelompok. Dalam astronomi modern nama bintang juga dinyatakan
berdasarkan nomor dalam katalog. Sekarang rasi-rasi bintang itu masih berguna
untuk menjelajah alam semesta.
Evolusi
Bintang
Seperti halnya makhluk hidup, bintang juga mengalami tahap
kehidupan, yaitu lahir, berkembang, dan akhirnya mati atau tidak bersinar lagi.
Proses kehidupan inilah yang disebut dengan evolusi bintang.
Pembentukan bintang berawal dari awan gas
dan debu unsur bintang (nebula). Atom-atom dari awan gas ini akan saling tarik menarik
akibat gaya gravitasi dan membentuk sebuah benih bintang, kemudian mengerut, memanas
dan memijar serta mulai bersinar. Awan panas berpijar mengerut itu, temperature
pusatnya (intinya) terus meningkat mencapai puluhan juta derajat Kelvin
sehingga cukup panas untuk melangsungkan reaksi termonuklir, yaitu pembentukan
helium hidrogen. Tekanan akibat reaksi termonuklir inilah yang mengimbangi
gravitasi bintang sehingga bintang dapat memancarkan cahaya dengan stabil. Jika
seluruh hidrogen di pusat telah menjadi helium, tak ada lagi tekanan penyagga
dalam bintang, kemudian bintang akan kembali mengerut. Pengerutan berlangsung
terus, ukuran bintang pada akhir riwayatnya akan menjadi bintang kerdil dan
sangat padat, bintang inilah disebut bintang neutron.
2.3.2 Galaksi
Kumpulan bintang-bintang yang jumlahnya bermilyar-milyar, karena
jaraknya begitu jauh akan tampak seolah-olah seperti kabut atau awan. Adapun
bintang dan materi antar bintang yang jumlahnya mencapai ribuan juta lebih
dengan ukuran mulai dari 1000 tahun cahaya sampai 10 juta tahun cahaya disebut
galaksi. Ahli astronomi yang paling banyak menerangkan galaksi adalah Edwin
Hubble. Bentuk dasar galaksi yaitu spiral, spiral berpalang, elips, dan tak
beraturan. Galaksi spiral terdiri dari titik pusat, lingkaran bintang, dan
tumpukan bintang yang kemudian berputar dengan inti sebagai pusatnya, sedangkan
bentuk spiral berpalang memiliki sebuah lengan atau palang yang memanjang keluar.
Galaksi bentuk elips lebih sederhana dibandingkan dengan bentuk spiral, bentuknya
bola lonjong yang menipis ke bagian pinggirnya. Sedangkan galaksi tak teratur
bentuknya menyerupai onggokan bintang dengan batas yang kurang jelas.
Hubble membuat deret pola terbentuknya galaksi menurut
ketidakberaturan dan gejolak yang tampak yaitu:
o
Ujung deret yang keadaannya tenang mulai dengan galaksi bentuk elips
paling bulat disebut kelas E0. Kemudian mengalami perubahan bentuk dari E1
berbentuk bola, sampai E1 berbentuk piringan.
o
Deret galaksi spiral Sa dan galaksi spiral batang SBa yang dimulai
dengan So berbentuk bola.
o
Pada akhir ujung deret terdapat galaksi yang strukturnya tidak
beraturan.
Galaksi Bimasakti
Galaksi tempat bumi kita berada disebut
galasi Bimasakti, dalam bahasa inggris disebut Milky Way. Bimasakti mencakup
lebih dari 100 milyar bintang, termasuk matahari dan tata suryanya. Seperti halnya
galaksi-galaksi lainnya, galaksi Bimasakti selalu berputar dengan inti sebagai
pusatnya. Galaksi Bimasakti berbentuk spiral, selebar 100.000 tahun cahaya dan
kira-kira bagian tengahnya mempunyai ketebalan 15.000 tahun cahaya. Tata surya
kita terletak 30.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Bintang-bintang anggota
Bimasakti ini tersebar dengan jarak 4 sampai 10 tahun cahaya dari satu bintang
ke bintang lain.
Matahari dengan bintang-bintang lainnya
merupakan system lokal dalam ruang tempat matahari berada. Sistem local ini
berputar mengelilingi inti susunan Bimasakti dengan kecepatan 450 km/s dalam
kurun waktu 220-225 tahun untuk satu kali putaran penuh. Bintang bergerak
searah putaran jarum jam mengelilingi inti Bimasakti dengan laju yang berbeda. Bintang
yang dekat dengan inti dapat menyelesaikan satu orbit kira-kira dalam 20 juta tahun,
sedangkan pada bagian pinggir untuk satu kali keliling butuh waktu 10 kaliaktu
orbit bagian dalam.
Galaksi
Andromeda
Contoh lain dari galaksi yang berbentuk elips adalah galaksi
Andromeda. Ukuran galaksi ini sedikit lebih besar dari galaksi Bimasakti. Jarak
galaksi Andromeda sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Hal ini berarti untuk mengarungi jarak sejauh itu, cahaya memerlukan waktu
selama 2,5 juta tahun. Jadi, cahaya yang kita terima dari galaksi ini adalah
cahaya yang dikirimnya 2,5 juta tahun yang lalu yang menggambarkan keadaan galaksi
tersebut pada waktu itu. Jarak yang
merentang antara Bimasakti dan Andromeda sejauh 2,5 juta tahun itu dalam ukuran
astronomi masih tergolong dekat dibanding ke galaksi lain yang mencapai
milyaran tahun cahaya.
Seperti halnya bintang berkelompok membentuk
galaksi, galaksi juga berkelompok membentuk gugus-gugus galaksi. Bimasakti dan Andromeda beserta sekitar 25
galaksi sekitarnya dan satelit galaksi Bimasakti yakni Large Magellan Cloud (Awan
Magellan Besar/LMC) dan Small Magellan Cloud (Awan Magellan Kecil/SMC)
membentuk sebuah gugus galaksi diberi nama Rumpun Local. Gugus galaksi ini pun
bukan hanya satu, tetapi beribu-ribu gugus galaksi misalnya gugus virgo yang
beranggotakan sekitar 2.500 buah galaksi. Gugus galaksi yang saling berdekatan
ini pun juga membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar lagi yang disebut Superkluster.
2.3.3 Tata Surya
Tata surya adalah susunan benda langit
yang mengelilingi matahari sebagai
pusatnya akibat gaya gravitasi matahari. Tata surya terdiri dari
matahari, planet beserta satelitnya, asteroid, komet, dan meteoroid serta
materi antar planet lainnya.
Matahari adalah sebuah bintang.Karena
letak matahari tidak jauh dan lebih dekat ke bumi, maka matahari tampak sepeti
piringan cahaya yang besar sedangkan bintang lain hanya merupakan titik cahaya. Matahari merupakan gumpalan gas
berpijar yang aktif. Bentuknya menyerupai bola dan diameternya 109 kali
diameter bumi. Matahari merupakan pusat tata surya. Planet beredar mengelilingi
matahari dengan garis edar berbentuk elips.
Menurut Keppler (tahun 1909), gerak
planet pada system tata surya membentuk orbit elips dengan matahari sebagai
salah satu titik pusatnya. Jarak planet dari matahari selalu berubah-ubah.
Karena ada suatu waktu planet berada dekat dengan matahari tetapi ada saat yang
lain berada jauh dari matahari. Kedudukan terdekat dengan matahari disebut perihelium, sedangkan
kedudukan terjauh dari matahari disebut aphelium.
2.3.4 Planet
Planet adalah benda langit yang beredar
mengelilingi matahari dan tidak dapat memberikan panas dan cahaya sendiri
tetapi hanya menerima panas dan cahaya matahari. Planet tidak mempunyai cahaya
sendiri. Cahaya yang datang dari planet merupakan cahaya yang dipantulkan oleh planet tersebut. Sampai saat ini kita
mengenal 8 planet yang mengelilingi matahari di system Tata Surya kita, yaitu
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Peredaran planet mengelilingi matahari di sebut revolusi, sedangkan
waktu yang dibutuhkan planet untuk melakukan sekali revolusi disebut periode
atau kala revolusi. Planet juga berputar mengelilingi sumbunya, yang disebut
rotasi. Waktu yang dibutuhkan oleh planet untuk satu kali rotasi disebut
periode atau kala rotasi. Planet dapat dikelompokan
menjadi dua bagian, yaitu planet dalam (inferior) dan planet luar (superior). Planet
dalam (inferior) adalah planet yang dekat dengan matahari atau planet yang
terletak di garis edar bumi mengitari matahari. Yang termasuk didalamnya adalah
planet Merkurius dan Venus. Planet luar adalah planet yang berada diluar garis
edar bumi yang mengelilingi matahari. Kelompok planet ini terdiri dari planet
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
2.3.5 Satelit
Satelit
berarti pengikut. Satelit adalah
benda kecil ruang angkasa yang mengelilingi planet-planet yang mengelilingi
matahari. Satelit
mengorbit planet dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis
satelit yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit-satelit
alam contohnya adalah satelit yang mengelilingi planet seperti Bulan yang
mengelilingi planet Bumi, Phobos dan Deimos yang mengelilingi Mars ataupun
satelit lain yang mengelilingi planet-planet lainnya. Sedangkan satelit buatan
diantaranya ialah seperti berikut:
ü Satelit astronomi adalah
satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan objek angkasa
lainnya yang jauh.
ü Satelit
komunikasi adalah
satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro.
ü Satelit
pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit, seperti satelit
reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-militer seperti
pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dan lain-lain.
ü Satelit navigasi adalah
satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerima di
permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi. Salah
satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika Serikat selain
itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit dan penerima
di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat penerima sinyal satelit
(penerima GPS), bisa diperoleh data posisi di
suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata.
ü Satelit mata-mata adalah satelit
pengamat Bumi atau satelit
komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
ü Satelit tenaga surya adalah
satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk
menyorotkan tenaga surya kepada antena sangat besar di Bumi yang dapat
digunakan untuk menggantikan sumber tenaga konvensional.
ü Stasiun angkasa adalah
struktur buatan manusia yang dirancang sebagai tempat tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun
luar angkasa dibedakan dengan pesawat angkasa lainnya
oleh ketiadaan propulsi
pesawat angkasa utama atau fasilitas pendaratan dan kendaraan lain digunakan
sebagai transportasi dari dan ke stasiun. Stasiun angkasa dirancang untuk hidup
jangka-menengah diorbit, untuk
periode mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan.
ü
Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil.
Klasifikasi baru dibuat untuk mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini
(500–200 kg), satelit mikro (di bawah 200 kg), satelit nano (di bawah
10 kg).
2.3.6 Komet, Meteoroid, Asteroid
Komet adalah benda langit yang mempunyai
sifat berbeda dengan planet, komet terdiri dari dua bagian, yaitu inti dan
ekor. Oleh karena itu, banyak orang
menyebut komet sebagai bintang berekor. Dikatakan sebagai bintang karena
timbul nyala pada komet saat mendekati matahari. Komet mengelilingi matahari
dengan orbit yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk elips, parabola, atau hiperbola.
Orbitnya memotong orbit planet-planet di dalam tata surya. Oleh sebab itu, pada
suatu ketika komet kadang-kadang sangat dekat dengan matahari dan kadang-kadang
sangat jauh dari matahari.
Pada saat jauh dari matahari, massanya
merupakan benda membeku tetapi apabila telah mendekati matahari benda beku itu akan mencair dan menguap. Sinar
matahari menyebabkan tolakan pada uap yang terjadi, sehingga tampak ekor komet
yang selalu menjauh dari matahari.
Meteoroid adalah benda kecil dan padat
yang bertebaran tak beraturan didalam runag antar planet. Dalam pergerakannya meteoroid dapat bergerak
mendekati bumi dan ketika tertarik gravitasi bumi dan bergesekan akan terjadi
pijaran cahaya disebut meteor. Meteoroid yang tersisa dan jatuh ke permukaan
bumi disebut meteorit.
Asteroid merupakan gugusan planet kecil
(planetoid) yang sangat banyak jumlahnya yang mengitari matahari pada lintasan
terentu yang memiliki garis edar antara Mars dan Yupiter. Asteroid ditemukan
secara tidak sengaja oleh Guissepi Piazzi pada 1 januari 1801. Jumlah asteroid
diduga banyak, diduga lebih dari 100.000 buah. Lintasan asteroid berbeda dengan
lintasan planet. Bentuk asteroid yang berukuran besar adalah seperti bola atau
lonjong, sedangkan yang berukuran kecil berbentuk tidak beraturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar